Selasa, 22 Desember 2015

SENAM KONSErVASI UNNES

Video ini diikutkansertakan dalam festival parikan, tari dan senam konservasi di Universitas Negeri Semarang, pada berita lp3.unnes.ac.id

Nama      : ISNAINI ALFAZCHA ZUKHRUF
NIM        : 6411415083
Jurusan   : ILMU KESEHATAN MASYARAKAT



Klik untuk melihat video SENAM KONSERVASI UNNES

Minggu, 20 September 2015

Mahasiswa

I'm a girl. Just a girl
Now I'm Mahasiswa...!!! Bukan siswa lagi sayang...
Di UNNES. Alhamdulillah. SBMPTN
Kesehatan Masyarakat. Diluar ekspetasi bangettt....
Udah kenal ama temen-temen. Seneng dan bersyukur. Alhamdulillah...

Minggu, 16 Februari 2014

Masha and The Bear


Masha is my favorite cartoon

 Masha and bubble

 Surprise Masha

 Jumping Masha

Dokter Masha

Jumat, 14 Februari 2014

Found You


            Aku bukan orang supel yang mudah bergaul. Aku lebih memilih diam dan mencari kegiatan lain selain ngerumpi di jam kosong. Aku punya teman. Dan aku juga selalu masuk lima besar di kelas. Tapi, aku butuh seorang sahabat. Aku mencari seseorang yang bisa lebih dari sekedar teman. Dan di tahun ajaran baru saat aku kelas lima SD kukira aku telah menemukannya.
Seorang siswi baru di kelasku yang baru pindah dari Jepara. Dia seorang atlet renang. Di hari pertama dia masuk aku tak banyak bicara dengannya karena aku memang bukan orang yang mudah bergaul. Berawal dari kami duduk berdua, kami mulai akrab dan lebih mengenal. Kami sering duduk bersama, cerita satu sama lain, main ke rumah satu sama lain. Lalu kami lulus. Dan sekolah di sekolah yang berbeda. Kami tidak lost contact, tapi karena mulai jarang berkomunikasi, hubungan kami merenggang. Dan aku mulai tak tahu apapun yang dilakukannya dan apa kegiatan yang ditekuninya.
Di kelasku kini, aku juga menemukan seseorang. Kami duduk bersama karena tak sengaja. Dan ketagihan. Aku selalu duduk dengannya. Dan dia memang lebih pandai dari aku. Kami makan bekal bersama dan mengikuti ekskul yang sama. Kami selalu bersama dalam tugas kelompok. Dia lebih banyak bicara dan lebih berbaur daripada aku. Jadi, saat kami jauh, aku seperti kehilangan separuh diriku. Aku tak bisa bicara pada orang lain seperti aku bicara dengannya. Kurasa aku telah menemukan sahabatku.
Dia lebih mudah menemukan bahan pembicaraan dengan siapapun ia bicara. Aku mulai merasa dia tak merasakan apa yang kurasa. Dia juga menganggapku sahabatnya, tapi dia tak merasakan apa yang kurasa saat aku tak mengobrol dengannya.
Kami naik kelas. Kini kami berada di kelas yang berbeda. Dan hal itu terbukti, dia tak lebih dari seorang teman dekat. Bukan sahabat yang kucari. Kami tetap bertukar kado di hari ulang tahun. Tapi karena waktu pertemuan yang berkurang dan dia telah menemukan teman-teman baru di kelasnya kini, hubungan kami merenggang. Kami juga sudah tak mengikuti ekskul yang sama.
Ada satu orang yang berusaha kuhindari di kelas baruku. Dia terlalu jail dan agak aneh menurutku. Aku rasa aku tak mau sebangku dengannya karena dia selalu usil dan mengejekku. Tapi keadaan membuat kami terus sebangku. Di pelajaran apapun. Walau tak semua pelajaran, tapi kami cukup sering duduk satu bangku. Dan lama kelamaan kami mulai akrab. Kami tak jarang bertengkar dan saling mendiamkan. Tak mau duduk sebangku dan acuh saat bertemu. Tapi pada akhirnya kami akan berdamai lagi. Kembali duduk sebangku dan kembali bercanda. Dan begitu seterusnya.
Kami saling memberi kejutan dan kue ulang tahun di hari ulang tahun kami. Memiliki beberapa barang couple dan saling mendukung di saat yang lain susah. Kami menceritakan apapun satu sama lain.  Dan kurasa aku terlalu sering menerima darinya. Dia begitu baik padaku. Dan aku merasa dia menyayangiku lebih dari aku menyayanginya. Ya, aku mulai menyayanginya. Sebagai seorang sahabat.
Dia lebih mudah berbaur dan menemukan bahan pembicaraan. Saat tak bersamaku dia tetap bisa banyak bicara dengan orang lain. Aku lebih pendiam. Dan tanpanya, tak ada yang bisa kubicarakan. Aku merasa hanya dia yang perlu tahu dan akan mengerti.
Dan aku kembali naik kelas. Dan begitu sedih saat kami tak lagi satu kelas. Aku rasa persahabatan yang kuharapkan ini kembali berakhir. Intensitas pertemuan kami berkurang. Jumlah SMS juga berkurang. Tapi kami tetap saling sapa dan memberi senyum. Ternyata kami kembali bertukar kado walau tak lagi memberi kejutan. Kami tetap sering jalan bersama. Ya, terkadang kami janjian hangout bareng. Dan tak jarang rencana kami gagal karena jadwal yang selalu bertabrakan.
Kini  kami sudah tak pernah lagi bertengkar. Karena ada begitu banyak hal yang ingin diceritakan saat kami bisa bersama. Bersama saat menemaninya menunggu dijemput terasa sangat menyenangkan. Dan aku sangat bahagia saat bisa menceritakan segala hal kepadanya. Dia tahu segalanya tentangku. Jadi dia pasti mengerti apa yang kubicarakan. Aku juga mengerti ceritanya. Kami selalu merasa waktu yang ada kurang.
Saat kami lulus, tentu aku berharap kembali satu sekolah dengannya. Aku mendaftar di sekolah yang sama dengannya. Nilaiku memang lebih tinggi darinya. Tapi nilai kami tak berbeda jauh dan jurnal memberi harapan kami akan kembali satu sekolah. Huh! Tapi jurnal itu hanya memberi harapan palsu dan akhirnya kami tak lagi satu sekolah.
Aku semakin sulit bertemu dengannya. Sekolah yang berbeda membuat jadwal kepulangan yang berbeda pula. Di satu waktu saat kami bisa bersama, akan selalu kami awali dengan pelukan. Aku tak melepas gandengan tangannya. Aku akan menceritakan segala hal yang terjadi di sekolah dan di rumah. Mulai dari pelajaran sampai novel yang kubaca. Bahkan temanku di sekolah juga tentang adikku. Dia juga melakukan hal yang sama. Begitu banyak hal yang terjadi saat kami tak bertemu. Bahkan waktu dua jam tak terasa dan berlalu begitu cepat. Di setiap kami jalan bersama, waktu yang kami miliki maksimal tiga jam. Dan itu sangatlah kurang.  
Dan kurasa kini pencarianku sudah berakhir. Aku telah benar-benar menemukan sahabatku. Seseorang yang kucari selama ini. Seseorang yang ingin kutemukan diantara lautan manusia di dunia. Kini aku telah menemukanmu. Sahabatku.
            

Rabu, 12 Februari 2014

1st Story

Good Bye

Aku berlari melintasi tepi jalanan ini. Berharap waktu masih berpihak padaku. Tidak! Aku tak boleh kambuh di saat seperti ini. Nafasku mulai memburu. Tidak! Ini tak boleh terjadi. Ah.. Semuanya mulai berputar dan nafasku kembali tak teratur.
Aku membuka mataku perlahan. Saat seluruh kesadaranku terkumpul kembali. Sial! Aku terlambat. Aku segera melompat dari ranjang rumah sakit ini, meraih tasku dan berlari keluar. Seorang suster mencoba menghentikanku. Aku harus segera sampai di stasiun. Tiara harus tahu. Dia tak boleh pergi tanpa mengetahui faktanya. Aww..!! Uh..!! Kenapa dadaku sesak lagi. Aku memaksakan diriku mencegat taksi yang melintas dan segera menuju stasiun.
Aku mengedarkan pandanganku mencari sosok Tiara. Sosok yang sudah kuhafal postur tubuhnya dari sisi manapun. Aku mendengar suara kereta yang akan berangkat. Dan aku mendengar dari central speaker kereta itu seharusnya kereta yang ditumpangi Tiara. Aku berlari menuju kereta, tanpa menghiraukan keadaanku yang semakin kacau. Itu dia!! Gadis di sisi jendela itu pasti Tiara. Aku memukul-mukul jendela dari luar dan Tiara melihatku.
"Tiara...." aku harus mengatur nafasku kembali. Tubuhku juga kini telah bermandi keringat.
"Andrea, kamu ngapain disini? Kenapa kamu kacau sekali?"
Kereta ini mulai bergerak. Aku harus cepat. "Tiara, aku tak akan pernah membencimu. Apapun yang kamu lakukan aku akan selalu sayang dan cinta padamu."aku terus bicara mengikuti pergerakan kereta ini yang semakin cepat "Sebenarnya kamu tidak perlu pergi hanya untuk menghindari kenyataan pahit di hadapanmu. Ami sudah menceritakannya padaku."
"Andrea, maafkan aku" Tiara mulai merenggangkan tangannya di genggaman tanganku. Entah kenapa tenagaku kini tak cukup untuk tetap menahan tangan Tiara. Kereta Tiara bergerak semakin cepat, dan tubuhku rasanya semakin melemah. Aku tak kuat lagi untuk terus menahan Tiara. Tangan kami terpisah dan Tiara bergerak terus manjauh. Tak lama kemudian pandanganku kembali mangabur dan semuanya menjadi hitam.

harusnya aku post untuk suatu mini kompetisi. tapi aku kepalang deadline. so ini buat dibaca ajah bersama-sama. Just for Fun!!!

Rabu, 08 Januari 2014

2014

tahun sudah berganti
tapi ia tak kunjung pergi
masih mengisi relung hati
dan terbayang dalam mimpi
Aku berjalan berlahan, berdampingan dengan kendaraan yang lalu lalang
berjalan dalam sepi dan sendirian
rintik-rintik air mulai jatuh mengenaiku
langit bisa menangis kapanpun dia mau
selama apa pun
ia tak pernah memerah ataupun bengak
tak terlihat oleh orang
aku iri
aku hanya menangisi bantal beberapa menit
tapi langit yg menangis di atas bumi yg luas ini berjam-jam,
tak terlihat oleh orang